Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Objek Pendidikan dalam al Qur'an

Rikaariyani.com- Objek Pendidikan dalam al Qur'an- Al-Qur’an adalah kitab pedoman seluruh umat Islam di dunia. Al-Qur’an menyajikan semua hal yang terkait dengan kehidupan umat Islam, walaupun sebagiannya hanya bersifat global. Semua tema yang disajikan oleh Al-Qur’an tentu dalam rangka untuk menunjukkan jalan yang lurus, agar manusia tidak tersesat. Dengan demikian Al-Qur’an sesungguhnya merupakan kitab pendidikan yang bersumber dari Sang Pencipta manusia.

Tidak mengherankan jika banyak tema pendidikan yang disinggung oleh Al-Qur’an, salah satunya adalah tentang objek pendidikan. Objek pendidikan dalam Al-Qur’an setidak-tidaknya dapat dilihat dalam beberapa ayat sebagai berikut: Surat An-Nisa’: 170, surat At-Tahrim: 6, surat Asy-Syu’ara’: 214-216 dan surat Nuh: 1-4. Namun dalam tulisan ini penulis hanya akan membahas satu surat, yaitu surat Nuh ayat 1-4.

 

OBJEK PENDIDIKAN DALAM AL QUR'AN

 

Surat Nuh ayat 1-4

Sesungguhnya kami Telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih", (1)  Nuh berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya Aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepada kamu, (2) (yaitu) sembahlah olehmu Allah, bertakwalah kepada-Nya dan taatlah kepadaku, (3).  Niscaya Allah akan mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu[1516] sampai kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila Telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu Mengetahui"(4).

Dalam rangkaian ayat di atas, Allah memberitahukan bahwa Dia pernah mengutus Nuh kepada kaumnya dan memerintahkan kepadanya agar dia memperingatkan kepada mereka mengenai azab Allah yang akan menimpa mereka itu. Kata Nuh kepada kaumnya, “Wahai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan kepadamu. Kamu haruslah menyembah Allah dan mentaati-Nya. Jika kamu lakukan yang demikian, tentu Allah akan mengampuni dosa-dosamu, memanjangkan umurmu dan melepaskan darimu siksa-Nya. Siksa Allah itu bila datang tidak dapat ditolak dan dihindarkan, karena Dialah Yang Maha Agung lagi Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Maha Mulia yang tunduk kepada kemuliaan-Nya seluruh makhluk.

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh. Dan dia adalah Nuh bin Malik kepada kaumnya, “berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih”,  Dia berkata: kami mengutusnya untuk memberi peringatan kepada kaumnya.  Dan azab yang sangat pedih itu adalah angin topan atau puting beliung karena tidak percaya akan keberadaan Allah.

Allah memberitahukan bahwa dia mengutus Nabi Nuh pada kaumnya sebagai rahmat bagi mereka serta sebagai ancaman untuk mereka dari siksaan yang pedih karena tidak ingin mereka terus-menerus berada dalam kekufuran, yang akan menyebabkan allah membinasakan dan menyiksa mereka dengan azab yang abadi. Nabi nuh menunaikan tugas itu serta bersegera menunaikan perintah allah seraya berkata, “hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan kepadamu,” yakni yang jelas ancamannya karena jelasnya apa-apa yang diperingatkan dan apa yang bisa menyelamatkan. Hal itu dijelaskan secara terang. Nabi nuh memberitahu dan memerintahkan landasan hal itu pada kaumnya seraya berkata: sembahlah olehmu Allah, dan bertakwalah kepada-Nya, dengan mengesakan Allah dalam ibadah, tauhid, jauh dari kesyirikan serta segala jalan dan perantaranya. Bila mereka bertakwa, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka, dan bila mereka diampuni, mereka akan mendapatkan keselamatan dari siksa dan mendapatkan pahala.

Ayat ketiga di atas mengandung tiga prinsip pokok akidah keagamaan. Perintah menyembah Allah berarti perintah mengesakannya, perintah bertakwa berarti perintah mempercayai hari kemudian di mana akan ada perhitungan atas amal-amal manusia, maka ketakwaan yang diajarkan agama akan muncul, yakni rasa takut yang mendorong seseorang beramal saleh dan menghindari amal-amal buruk. Sedang perintah untuk taat kepada beliau adalah keyakinan akan kenabian.

Kata-kata dalam ayat keempat surat Nuh di atas tidaklah saling bertentangan. Walaupun Allah mengatakan akan menangguhkan umur (memanjangkan umur) jika mereka beriman, tapi hal itu tidak bertentangan dengan kalimat setelahnya bahwa apabila ajal telah datang, maka tidak dapat ditangguhkan. Penjelasannya adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Az-Zamakhsyari, bahwa Allah s.w.t. misalnya menntukan batas usia normal kaum Nuh jika mereka beriman itu adalah 1000 tahun. Akan tetapi jika mereka tetap kafir, maka umurnya hanya sampai permulaan 900 tahun. Oleh karenanya Allah memerintahkan mereka agar beriman, sehingga mereka tetap ditangguhkan usianya hingga usia normal terpanjang, yaitu 1000 tahun tadi.

Dengan demikian, dari empat rangkaian ayat yang disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwasanya ketika Allah S.W.T. berbicara tentang objek pendidikan, maka objek pendidikan itu sesungguhnya meliputi seluruh umat manusia. Kemudian Allah S.W.T. menguraikan satu persatu objek pendidikan yang harus dilakukan, khususnya oleh umat Islam yang mentaati-Nya. Pada urutan pertama, mereka adalah keluarga kita sendiri, yakni isteri, anak dan hamba sahaya, walaupun untuk saat ini sudah tidak ada lagi hamba sahaya. Kemudian urutan kedua adalah kaum kerabat atau famili kita, yang meliputi orang-orang yang secara hubungan darah masih dekat dengan kita, selain isteri dan anak. Dan urutan terakhir dari objek pendidikan adalah bangsa kita, yang membersamai kita dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jika mereka semua mampu kita didik sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah S.W.T., maka Allah S.W.T. akan memanjangkan usia kita dan memberikan banyak keberkahan buat kita.

DAFTAR PUSTAKA

Az-Zamakhsyari, Abu al-Qasim Jarullah Mahmud bin Umar bin Muhammad (w. 538 H), Al-Kasysyaf ‘an Haqaiqi Ghawaamidhi at-Tanziil wa ‘Uyuuni al-Aqaawiil fi Wujuuhi at-Ta’wiil (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1995.

Ahmad Mushthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Kairo:  Syirkah Maktabah wa Mathba’ah Mushthafa Al-Baby Al-Halaby wa Auladuhu bi Mishra, 1966.

Syaikh Abdurrahman Bin Nashir As-Sa’di, Tafsir Al-Karim Ar-Rahman, Dar Ibn Al Jauzi, KSA, 1426 H.

Muhammad Nasib Ar-Rifa’I, Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Ma’arif, Riyadh, 1989 M.

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati,  2002.

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir Thabari, Bairud: Darul Kutub Ilmiyah, 1992.

2 comments for "Objek Pendidikan dalam al Qur'an"

  1. Nice to be visiting your blog again, it has been months for me. Well this article that i've been waited for so long. I need this article to complete my assignment in the college, and it has same topic with your article. Thanks, great share. Learn Noorani Qaida online

    ReplyDelete