Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penggunaan Media Pembelajaran Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

 

Penggunaan Media Pembelajaran Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah media pembelajaran visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Desa Tanjung Genting Kabupaten Kerinci. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek penelitian yakni siswa kelas V MIN 4 Kerinci. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes, observasi, dan wawancara. Sedangkan teknik analisis data dilakukan dalam beberapa tahap, yakni reduksi data, penyajian data, dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran visual. Hal ini dapat dilihat dari Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM) siswa pada setiap siklusnya. Pada siklus 1 memperoleh nilai rata-rata 56,25. Pada siklus II meningkat mejadi 66,25. Kemudian pada siklus III memperoleh nilai rata-rata 78,12. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MIN) 4 Desan Tanjung Kabupaten Kerinci.

Kata kunci: Media Pembelajaran, Media Visual, Hasil Belajar



ABSTRACT

This study was conducted to determine whether visual learning media can improve student learning outcomes in Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Tanjung Genting Village, Kerinci Regency. The type of research used is Classroom Action Research (CAR). The research subjects were students of class V MIN 4 Kerinci. The data collection techniques used in this study include tests, observations, and interviews. While the data analysis technique is carried out in several stages, namely data reduction, data presentation, and verification or drawing conclusions. The results showed that there was an increase in student learning outcomes by using visual learning media. This can be seen from the Minimum Criteria Completeness (KKM) of students in each cycle. In cycle 1, the average score was 56.25. In the second cycle it increased to 66.25. Then in the third cycle obtained an average value of 78.12. Thus, it can be concluded that the use of visual learning media can improve student learning outcomes in Madrasah Aliyah Negeri (MIN) 4 Desa Tanjung, Kerinci Regency.

Keywords: Learning Media, Visual Media, Learning Outcomes


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Hasil belajar memiliki kedudukan yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan tolak ukur keberhasilan suatu proses pembelajaran. Dengan adanya hasil belajar, guru dapat mengetahui apakah siswa sudah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum. Hasil belajar yang telah dicapai dapat diukur melalui tes.

Pada dasarnya, yang menentukan keberhasilan belajar siswa adalah seorang guru. Kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa. Guru harus mampu menggunakan media ajar dan memilih metode yang tepat dalam mengajar. Model pembelajaran konvensional seperti metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas akan mengakibatkan proses pembelajaran menjadi kurang bermakna bagi siswa. 

Guru harus memiliki strategi yang efektif agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Salah satu strateginya adalah mampu menguasai media dan metode ajar yang tepat agar dapat merangsang otak siswa dan menarik minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan oleh guru adalah media pembelajaran visual.

Media pembelajaran visual adalah alat atau sarana komunikasi yang dapat dilihat dengan indra penglihatan. Media visual juga dapat diartikan sebagai sumber belajar yang terdiri dari pesan atau materi pelajaran dan dibuat dengan menarik dalam bentuk gambar, teks, animasi, dan lain sebagainya sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Menurut Daryanto (1993:27), media visual artinya adalah semua alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dan bisa dinikmati melalui panca indra mata. Sedangkan Fathurrohman (2007: 67), menyatakan bahwa media visual adalah media yang mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini meliputi film strip, slide foto, gambar, film, dan lain sebagainya.

Melalui penggunaan media pembelajaran visual, siswa diharapkan mampu mengeksplorasi materi ajar yang disampaikan oleh guru, serta memberi kesempatan kepada siswa memperoleh pengalaman langsung, berpikir secara ilmiah, dan juga dapat mendorong mereka untuk mengembangkan pengetahuannya di masa akan datang. Penyampaian materi pelajaran matematika akan lebih berhasil apabila menggunakan media pembelajaran visual.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Media Pembelajaran Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Desa Tanjung Genting Kabupaten Kerinci.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Penggunaan Media Pembelajaran Visual Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Desa Tanjung Genting Kabupaten Kerinci?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah penggunaan media pembelajaran visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 4 Desa Tanjung Genting Kabupaten Kerinci.

D. Manfaat Penelitian

  1. Sebagai masukan bagi guru dalam menentukan media pembelajaran yang tepat. 
  2. Melalui penggunaan media pembelajaran visual diharapkan siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. 
  3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pembelajaran.


BAB II
KAJIAN TEORI


A. Konsep Media Visual

1. Pengertian Media Visual

Secara etimologi media berasal dari Bahasa latin yakni “medium” yang artinya adalah perantara atau pengantar. Dalam Bahasa arab, media diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad, 2004: 3). Sedangkan visual merupakan sesuatu yang dapat dilihat dengan mata.

Media visual yakni media yang memberikan gambaran secara konkrit maupun abstrak. Media visual bersifat real dan dapat dirasakan oleh panca indera khususnya indera penglihatan. Media visual juga dapat didefenisikan sebagai media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas melalui kata-kata dan gambar. Media ini sangat cocok digunakan untuk menyampaikan informasi yang padat.

Menurut Daryanto (1993: 27), media visual yakni alat peraga yang digunakan dalam proses pembelajaran dan bisa dinikmati melalui panca indera mata. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan peserta didik. media visual juga dapat memberikan hubungan antara isi materi pelajaran dengan dunia nyata.

Fathurrohman (2007: 67) mengemukakan bahwa: “media visual adalah media yang hanya mengandalkan indra penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip, slide foto, gambar atau lukisan dan cetakan. Ada pula media visual yang menampilkan gambar atau symbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun.

Media visual juga sering disebut sebagai perumpamaan atau gambar. Media visual dapat menumbuhkan minat peserta didik dan dapat memperkuat ingatan. Media visual terdiri dari gambar, diagram, peta, grafik, poster, kartun, surat kabar, dan juga buku. Menurut Nana Sudjana (1989: 99), media visual merupakan sarana penunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik, serta mampu membantu guru dalam menjelaskan materi yang bersifat konkrit maupun abstrak.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media visual adalah media yang berkaitan dengan indera penglihatan. Media visual ini dapat membantu proses pemahaman peserta didik terhadap materi yang dijelaskan, dapat menarik perhatian, memperkuat ingatan, memperjelas materi yang disampaikan, dan juga mampu mengilustrasikan bahan sehingga tidak mudah lupa.

2. Jenis-jenis Media Visual

    Media visual terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Media Gambar/Foto

Media gambar atau foto merupakan media reproduksi dalam dua dimensi. Gambar/foto merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasikan menjadi lebih konkrit dan realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan mudah.

Media gambar juga dapat diartikan sebagai bentuk visual yang hanya dapat dilihat, namun tidak memiliki suara atau audio. Media gambar berfungsi untuk memberikan pengalaman visual pada anak guna mendorong motivasi belajar dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkret, dan mudah dipahami.

Adapun manfaat media dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) meningkatkan daya tarik siswa, 2) mempermudah pengertian serta pemahaman siswa, 3) mempermudah pemahaman yang bersifat abstrak, 4) memperjelas bagian yang penting, 5) mempersingkat suatu uraian.

        Media gambar memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Bersifat konkrit, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. 
  2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. 
  3. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan. 
  4. Dapat memperjelas masalah dalam bidang apa saja. 
  5. Harganya murah, mudah didapatkan dan digunakan

b. Slide

Slide adalah gambar yang diproyeksikan oleh cahaya melalui proyektor (Asnawir dan Usman, 2002: 47). Slide dapat diproyeksikan dan dapat dilihat dengan mudah oleh siswa di kelas. Beberapa kelebihan media slide, antara lain adalah sebagai berikut :

  1. Membantu menimbulkan pengertian dan ingatan yang kuat pada pesan yang disampaikan dan dapat dipadukan dengan unsur suara. 
  2. Merangsang minat dan perhatian siswa dengan warna dan gambar yang kongkrit. 
  3. Program slide mudah direvisi sesuai dengan kebutuhan, karena filmnya terpisah-pisah. 
  4. Penyimpanannya mudah karena ukurannya kecil. Urutan gambar (film bingkai) dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. 
  5. Isi pelajaran yang sama terdapat dalam gambar-gambar film bingkai dapat disebarkan dan digunakan tempat secara bersamaan. 
  6. Gambar pada film bingkai tertentu dapat ditayangkan lebih lama dan dengan demikian dapat menarikperhatian dan membangun persepsi siswa yang sama terhadap konsep atau pesan yang ingin disampaikan. 
  7. Film bingkai dapat ditayangkan pada ruangan masih terang (tidak terlalu benar-benar gelap). Jika tidak terdapat layar khusus, dinding pun dapat dijadikan tempat proyeksi gambar. 
  8. Film bingkai dapat menyajikan gambar dan grafik untuk berbagai bidang ilmu kepada kelompok atau perorangan dengan usia yang tidak terbatas. 
  9. Film bingkai dapat digunakan sendiri atau digabung dengan suara/ rekaman. Baik film bingkai bersuara maupun yang tidak, dapat diubah. 
  10. Film bingkai dapat menyajikan peristiwa masa lalu atau peristiwa di tempat lain. Di samping itu, dengan film bingkai, objek yang besar, berbahaya, atau terlalu kecil untuk dilihat dengan mata dapat ditayangkan dengan jelas.

c. Karikatur dan Kartun

Karikatur dan kartun merupakan garis yang dicoret dengan spontan yang menekankan kepada hal-hal yang dianggap lebih penting. Menurut Wiranata (dalam Japa, dkk, 2012: 5) media pembelajaran karikatur adalah media pembelajaran yang dibuat dalam bentuk gambar yang bermuatan humor dengan  obyek  manusia  atau  benda yang  digambarkan  dengan  pemilihan tubuh atau wajah serta mengandung suatu makna tertentu bagi pembaca.

Media karikatur menjadi salah satu alternatif pilihan media pembelajaran. Yulianti (dalam Japa, dkk, 2012: 9) mengemukakan bahwa media karikatur merupakan suatu bentuk gambaran yang sifatnya klise, sindiran kritikan, dan lucu. Karikatur merupakan ungkapan perasaan seseorang yang diekspresikan agar diketahui khalayak.

Menurut Rianto (dalam Kusminarko, 2012; 12), ada enam syarat untuk mendapatkan gambar karikatur yang sesuai untuk media pendidikan, yaitu:

  1. Gambar harus autentik, artinya gambar harus mengungkapkan suatu realitas kehidupan. 
  2. Gambar harus sederhana, tidak ruwet. Komposisi gambar cukup jelas menunjukkan butir-butir pokok. Gambar yang sederhana mudah dibaca dan diselami oleh siswa. 
  3. Gambar cukup popular. Artinya siswa sudah cukup mengenal sebagian atau keseluruhan gambar, sehingga akan membantu siswa mendapatkan gambaran yang benar terhadap setiap obyek yang ada dalam gambar tersebut. 
  4. Gambar harus dinamis, artinya gambar harus menunjukkan aktivitas tertentu. 
  5. Gambar harus membawa message. Gambar yang bagus belum tentu bisa digunakan sebagai media pendidikan. 
  6. Gambar yang artistik, khususnya yang natural, mempunyai daya tarik yang kuat dalam menggugah perasaan setiap orang.

Adapun kelebihan media gambar karikatur, yaitu: 1) Lebih konkrit dan realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal, 2) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu, artinya tidak semua objek, benda atau peristiwa bisa dibawa ke kelas. Sebaliknya siswa tidak selalu bisa dibawa ke objek atau peristiwa, 3) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Pikiran siswa akan lebih terarah, perhatian mudah dipusatkan. Guru pun dalam menerangkan tidak menjadi sulit, karena dibantu sarana gambar yang konkrit, dan 4) Memperjelas permasalahan dalam berbagai bidang, dalam berbagai tingkat usia, 5) Harganya lebih murah dan mudah dipergunakan.

d. Buku Ajar

Buku ajar dikenal juga dengan buku pelajaran, yakni buku yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Buku ajar disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik berdasarkan jenjang pendidikannya. Menurut Yamin (2009), buku ajar sangat efektif sebagai media pembelajaran karena: 1) Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan, 2) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, 3) Proses belajar siswa menjadi lebih interaktif, 4) Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi, 5) Kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan, 6) proses belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, 7) Sikap positif siswa terhadap bahan pelajaran maupun terhadap proses belajar itu sendiri dapat ditingkatkan, 8) Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif.

e. Google Classroom

Google classroom merupakan ruang kelas online yang dapat memudahkan guru dalam membuat, membagikan, dan memberikan penugasan tanpa kertas. Google classroom juga dapat membuat folder drive untuk setiap tugas yang dikerjakan oleh siswa. Siswa dapat melacak setiap tugas di laman tugas dan mengerjakan tugas dengan satu kali klik. selain itu, guru juga dapat melihat hasil pekerjaan siswa dengan cepat, dan memberikan nilai atau masukan secara langsung di google classroom.

        Menurut Brock (2015: 25) Google classroom ini memberikan beberapa manfaat, yakni:

  1. Kelas dapat disiapkan dengan mudah, pengajar dapat menyiapkan kelas dan mengundang siswa serta asisten pengajar. Kemudian di dalam kelas, mereka dapat berbagi informasi seperti tugas, pengumuman dan pertanyaan.
  2. Menghemat waktu dan kertas, pengajar dapat membuat kelas, memberikan tugas, berkomunikasi dan melakuan pengelolaan, semuanya di satu tempat.
  3. Pengelolaan yang lebih baik dalam hal ini siswa dapat melihat tugas di halaman tugas, di aliran kelas maupun di kalender kelas. Semua materi otomatis tersimpan dalam folder Google Drive. 
  4. Penyempurnaan komunikasi dan masukan, pengajar dapat membuat tugas, mengirim pengumuman dan memulai diskusi kelas secara langsung. Siswa dapat berbagi materi antara satu sama lain dan berinteraksi dalam aliran kelas melalui email. Pengajar juga dapat melihat dengan cepat siapa saja yang sudah dan belum menyelesaikan tugas, serta langsung memberikan nilai dan masukan real-time. 
  5. Dapat digunakan dengan aplikasi yang anda gunakan, kelas berfungsi dengan Google Document, Calender, Gmail, Drive dan Formulir. 
  6. Aman dan terjangkau, kelas disediakan secara gratis. Kelas tidak berisi iklan dan tidak pernah menggunakan konten atau data siswa untuk tujuan iklan.

Menurut (Bender & Waller, 2014: 37) Google classroom sesungguhnya dirancang untuk mempermudah interaksi guru dan siswa dalam dunia maya. Aplikasi ini memberikan kesempatan kepada para guru untuk mengeksplorasi gagasan keilmuan yang dimilikinya kepada siswa. Guru memliki keleluasaan waktu untuk membagikan kajian keilmuan dan memberikan tugas mandiri kepada siswa selain itu, guru juga dapat membuka ruang diskusi bagi para siswa secara online. Namun demikian, terdapat syarat mutlak dalam mengaplikasikan google classroom yaitu membutuhkan akses internet yang mumpuni.

f. Zoom Could Meeting

Aplikasi Zoom Cloud Meeting merupakan aplikasi meeting online dengan konsep screen sharing. Aplikasi ini memungkinkan penggunanya bertatap muka dengan lebih dari 100 orang partisipan dan terhubung dengan peserta langsung ke dalam ruangan yang sama dan melakukan proses pembelajaran. Aplikasi Zoom adalah salah satu aplikasi yang dapat digunakan dengan cara melakukan pembelajaran secara virtual.

Aplikasi zoom dapat mempertemukan peserta didik dengan pendidik dengan menggunakan video sehingga proses pembelajaran dapat tersampaikan secara baik (Meda Yuliani, dkk. 2020:18). Aplikasi Zoom merupakan sebuah aplikasi yang dapat menunjang kebutuhan komunikasi dimanapun dan kapanpun dengan banyak orang tanpa harus bertemu fisik secara langsung. Aplikasi ini digunakan untuk video conference yang dengan mudah dapat di unduh pada perangkat:

  1. PC (Personal Computer) dengan Webcame 
  2. Laptop dengan Webcame 
  3. Smartphone Android

B. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Perubahan tersebut diperoleh sesuai dengan apa yang dipelajari oleh peserta didik. Hasil belajar yang diperoleh sesuai dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Keberhasilan seseorang dalam proses pembelajaran diukur melalui tes yang diberikan di akhir pembelajaran atau di akhir semester.

Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Hamalik (2014: 30), hasil belajar merupakan suatu bukti bahwa seseorang telah belajar, yang dilihat dari perubahan tingkah laku pada orang tersebut dari tidak tahu menjadi tahu dan tidak mengerti menjadi mengerti.

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang yang menerima pembelajaran, dari kondisi tidak tahu dan tidak mengerti hingga menghasilkan pengetahuan dan mengerti tentang hal yang dipelajari. Menurut Susanto (2015: 5), hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Artinya, siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Menurut Purwanto (2014: 44), hasil belajar dapat dijelaskan dengan mengetahui dua kata yang membentuknya, yakni hasil dan belajar. Hasil adalah suatu perolehan akibat melakukan suatu aktivitas. Baik atau buruknya hasil belajar tergantung pada individu yang belajar dan guru yang mengajar.

    Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:

1. Faktor Intern

Faktor interen adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Faktor interen meliputi faktor jasmaniah dan psikologis. Faktor jasmaniah terdiri dari Kesehatan dan kecacatan tubuh. Faktor psikologis meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, dan juga faktor kelelahan.

2. Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern diantaranya adalah faktor keluarga, seperti cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan juga latar belakang kebudayaan. Kemudian juga faktor sekolah, seperti metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan Gedung, dan lain sebagainya. Selain faktor keluarga dan sekolah, juga ada faktor masyarat yakni kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan lain sebagainya.

    Hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan, dan keterampilan. 
  2. Memiliki dampak pengajaran 
  3. Adanya perubahan mental, tingkah laku, dan jasmani.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku serta kemampuan yang dimiliki oleh siswa berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya.


BAB III
METODE PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian yakni Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mencermati kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas. Penelitian Tindakan kelas (PTK) juga dapat diartikan sebagai penelitian yang dilakukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas melalui beberapa tahapan kegiatan berbentuk siklus.

Menurut Wijaya Kusuma (2009:9), penelitian Tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian Tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Selanjutnya Kemmis dan Taggart yang dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah suatu penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan praktek sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktek-praktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek tersebut.

Penelitian Tindakan kelas (PTK) memiliki tujuan utama untuk memperbaiki mutu pendidikan. Selain itu, penelitian Tindakan kelas juga bertujuan untuk memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran dikelas tersebut. Menurut Aqib (2010), tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)  adalah  untuk  memperbaiki  dan  meningkatkan  kualitas praktik pembelajaran secara berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan mutu hasil instruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan efesiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.

B. Tempat dan Subjek Penelitian

Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Kerinci Desa Tanjung Genting, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri No. 4 Desa Tanjung Genting Kerinci.

C. Sumber Data

Sumber data adalah subyek  dari  mana  data dapat  diperoleh.  Jadi, sumber data  ini  menunjukkan  asal  informasi.  Data ini harus diperoleh dari  sumber  data  yang  tepat.  Jika sumber data tidak  tepat maka mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang diselidiki. Data utama penelitian ini mencakup: 1) Hasil lembar observasi hasil belajar siswa, 2) Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan hasil belajar siswa.

Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah adalah  siswa  kelas  V Madrasah  Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Kerinci.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Observasi  atau  pengamatan  adalah  proses  pengambilan  data dalam penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian.  Teknik ini  digunakan  untuk  mengamati  dari  dekat  dalam upaya mencari dan menggali data melalui pengamatan secara langsung dan mendalam terhadap subjek dan objek yang diteliti (Paizaluddin    dan  Ermalinda,  2016,  hlm.  113).  Dalam  hal  ini  peneliti menggunakan  teknik  observasi  untuk  mengumpulkan  data  tentang proses pembelajaran siswa dan keaktifan siswa melalui penggunaan media pembelajaran visual.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data dengan  cara mengajukan  pertanyaan-pertanyaan  secara lisan kepada subyek penelitian, instrumen ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai fakta, keyakinan, perasaan, niat, dan sebagainya.

Wawancara  memiliki  sifat  yang  luwes,  pertanyaan  yang  diberikan dapat disesuaikan dengan subyek, sehingga segala sesuatu  yang ingin diungkap dapat digali dengan baik. Ada dua jenis wawancara yakni wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Dalam wawancara terstruktur, pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepada subyek telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pewawancara. Sedangkan wawancara  tidak  berstruktur  bersifat  informal.  Pertanyaan tentang  pandangan,  sikap,  keyakinan  subyek,  atau  keterangan  lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subyek (Paizaluddin dan Ermalinda, 2016: 130).

3. Dokumentasi  

Menurut Lexy J.  Moleong (2001:  161) “dokumen  sudah  lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data dan dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan”.  Data  yang  diperoleh  dari  dokumen  ini  bisa digunakan  untuk  melengkapi  bahkan  memperkuat  data  dari  hasil wawancara dan observasi, kemudian dianalisa dan ditafsirkan (Paizaluddin dan Ermalinda, 2016, hlm. 135).

Teknik dokumentasi  peneliti  gunakan  untuk  mendapat data tentang hasil belajar siswa. Dokumentasi bisa berupa tulisan, gambar, dan teknik dokumentasi ini juga digunakan untuk mencatat segala kegiatan siswa dan guru selama penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan  cara  mengorganisasikan  data  ke  dalam  kategori,  menjabarkan  ke dalam  unit-unit,  melakukan  sintesa,  menyusun  ke dalam  pola,  memilih  mana yang  penting  dan  yang  akan  dipelajari dan  membuat  kesimpulan  sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.  

Data yang diperoleh dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK), secara umum  dianalisis  melalui deskriptif kualitatif. Analisis data dilakukan pada tiap data yang dikumpulkan, baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan  cara  kuantitatif  sederhana,  yakni  dengan  persentase  (%),  dan data kualitatif dianalisis dengan membuat penilaian-penilaian kualitatif (kategori) (Paizaluddin dan Ermalinda, 2016, hlm. 135).

Analisis data dilakukan secara bertahap, pertama dengan menyeleksi dan mengelompokkan, kedua dengan memaparkan atau mendeskripsikan data dan  terakhir  menyimpulkan  atau  memberi  makna.  Untuk  menganalisis  hasil-hasil  refleksi  dari  penelitian  ini  digunakan  teknik  kualitatif  dan  kuantitatif  (Paizaluddin dan Ermalinda, 2016, 209).

F. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari 4 tahapan yaitu: a) perencanaan, b) pelaksanaan tindakan, c) observasi atau pengamatan, dan d) refleksi.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V MIN 4 Kerinci yang berlokasi di Desa Tanjung Genting, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Penelitian dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran visual untuk meningkatkan hasil belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri (MIN) 4 Desa Tanjung Genting, Kerinci.

1. Kondisi Awal

Berdasarkan hasil observasi penulis di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Kerinci diketahui bahwa hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Dari 16 orang siswa, diketahui bahwa hanya 4 orang siswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), 12 siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas yaitu dengan menggunakan media pembelajaran visual untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Kerinci.

Tindakan selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah memberikan pre test yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi mengenal sifat-sifat bangun datar. Selain itu, pre test yang dilakukan juga bertujuan untuk merumuskan masalah yang diperoleh oleh hasil jawaban siswa sebagai kemampuan awal siswa. Pemberian pre test juga bertujuan untuk mengukur kesulitan dalam memahami materi tersebut.

Berdasarkan skor siswa dalam menyelesaikan tes awal atau pre test diketahui bahwa terdapat 12 orang yang belum mencapai KKM atau kriteria ketuntasan minimum. Oleh karena itu, dapat dikatakan hasil belajar siswa masih rendah.

2. Temuan Pada Siklus 1

Dalam pelaksanaan siklus I, hasil belajar siswa diukur dengan memberikan evaluasi berupa tes I kepada siswa untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran visual. Siklus ini terdiri dari beberapa Tindakan yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Pada tahap perencanaan Tindakan I kegiatan yang dilakukan meliputi: 1) Membuat RPP, 2) Menyiapkan soal pre-test dan post test, 3) Menyiapkan materi ajar, 4) Menyiapkan lembar kerja siswa, 5) Menyiapkan media pembelajaran visual.

Pada siklus 1 secara keseluruhan aktivitas siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Kerinci belum sepenuhnya meningkat dan belum memenuhi KKM. Nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Desa Tanjung Genting Kerinci masih di bawah 65 yaitu 10 orang siswa. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menguasai materi masih rendah. Siswa masih banyak yang mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Dari 16 orang siswa hanya 6 orang yang masuk dalam kategori tuntas belajar yakni 37,5%. 10 siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas dengan presentasi nilai 61,5%.

Dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa pada materi sifat-sifat bangun datar sudah mulai mengalami peningkatan dibandingkan pada awal dilakukan pre test.

3. Temuan Pada Siklus II

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan media visual sudah menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan siklus 1 yakni dari 16 orang siswa, hanya 8 orang yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimun). Namun, secara keseluruhan hasil belajar siswa masih rendah.

Siswa masih banyak yang mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal yang diberikan. Dari 16 orang siswa terdapat 50% yang dinyatakan tidak tuntas belajar. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Desa Tanjung Genting Kerinci belum sepenuhnya mengalami peningkatan sehingga perlu dilakukan tindakan pada siklus III.

4. Temuan Pada Siklus III

Berdasarkan hasil observasi pada siklus III, dari 16 orang siswa terdapat 3 orang yang belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.
Presentase Hasil Belajar Siswa Siklus III

Nilai    Jumlah Siswa    Nilai %    Keterangan
>65%    13    81,25%    Tuntas
<65%    3    18, 75%    Tidak tuntas

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kelas mencapai 78,12. Dari 16 orang siswa, yang termasuk dalam kategori tuntas belajar berjumlah 13 orang atau 81,25%. Sedangkan yang dinyatakan belum tuntas belajar berjumlah atau 3 orang atau 18,75%.  Hal ini menunjukkan bahwa secara klasikal nilai yang dicapai oleh siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Desa Tanjung Genting Kerinci telah sesuai dengan target yakni >75%, sehingga tidak perlu melakukan tindakan ke siklus berikutnya.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Kerinci melalui penggunaan media visual menunjukkan peningkatan pada setiap siklusnya. Dimulai dari pra siklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Berdasarkan hal ini pula dapat dikatakan bahwa media pembelajaran visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penggunaan media pembelajaran visual dalam proses pembelajaran memiliki peran yang sangat efektif karena melalui media visual ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan saling bekerja sama dengan kelompoknya. Pembelajaran ini lebih menekankan pada aspek kognitif dari peserta didik.

Pada kegiatan pretest, presentase ketuntasan belajar siswa hanya 25% dengan nilai rata-rata 48.75. Pada siklus I meningkat menjadi 37,5% dengan nilai rata-rata 56.25. Pada siklus II presentasi ketuntasan mencapai 50% dengan nilai rata-rata 66.25. Kemudian meningkat lagi pada siklus ke III dengan presentase 81,25% dengan nilai rata-rata 78.12.

Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika dengan materi mengenal sifat bangun datar dari tes awal, siklus I, siklus II, dan siklus III dengan mencapai nilai klasikal 75%. Untuk itu, peneliti tidak perlu melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mengenai penggunaan media pembelajaran visual di kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 4 Kerinci Desa Tanjung Genting, Kecamatan Gunung Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran visual dapat meningkatkan hasil belajar, hal ini dapat dilihat dari nilai siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya.

Berdasarkan hasil observasi pada siklus 1 diperoleh nilai rata-rata 56, 25. Pada siklus II meningkat mejadi 66, 25. Kemudian pada siklus III memperoleh nilai rata-rata 78.12. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa telah mencapai nilai ketuntasan secara klasikal sebesar 75%.

B. Saran

        Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang penulis ajukan yakni:

  1. Guru harus mampu menggunakan media pembelajaran yang menarik dalam proses pembelajaran. 
  2. Guru harus kreatif dalam mengajar, baik dalam menggunakan media maupun dalam pemilihan metode ajar. 
  3. Kepala sekolah harus dapat melengkapi fasilitas pembelajaran atau media pembelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib, Zainal. dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Arsyad, Azhar, 2011.  Media Pembelajaran ̧ Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ariyani, R. (2017). Kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan profesionalisme guru. Al-Afkar: Jurnal Keislaman & Peradaban, 5(1).

Asnawir dan Basyiruddin Usman, 2002. Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Pers.

Daryanto, 1993. Media Visual untuk Pengajaran Teknik, Bandung: Tarsito.

Fathurrohman. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penerapan Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.

Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Paizaluddin, dan Ermalinda (2014). Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) Panduan teoritis dan praktis. Bandung : Alfabeta.

Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1989. 

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Penamedia Group.


Post a Comment for "Penggunaan Media Pembelajaran Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa "