Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penerapan Metode Discovery Learning Melalui Kegiatan Laboratorium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Penerapan Metode Discovery Learning Melalui Kegiatan Laboratorium



ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia kelas XI Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Koto Rendah Kabupaten Kerinci melalui penerapan metode pembelajaran discovery learning. Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tahapan dalam tiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Koto Rendah Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan media pembelajaran Discovery Learning dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia meningkat pada setiap siklusnya. Dimana nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa MAS Kerinci pada siklus I sebesar 68,09, lalu pada siklus ke II meningkat menjadi 74,81. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penerapan media pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI MAS Koto Rendah Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci.

Kata Kunci: Media Pembelajaran, Discovery, Hasil Belajar


ABSTRACT


This study aims to determine the improvement of student learning outcomes in the chemistry subject of class XI Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Koto Low, Kerinci Regency through the application of discovery learning methods. This research is a classroom action research (CAR) which was carried out in two cycles. The stages in each cycle include planning, implementation, observation, and reflection. The subjects in this study were students of class XI Madrasah Aliyah Private (MAS) Koto Low, Kerinci Regency. Data collection techniques using observation, interviews, documentation, and tests.

The results of the study indicate that the application of discovery learning media in the learning process can improve student learning outcomes. The increase in student learning outcomes can be seen in each cycle. This can be seen from the average value of student learning outcomes in chemistry subjects which increases in each cycle. Where the average value obtained by MAS Kerinci students in the first cycle was 68.09, then in the second cycle it increased to 74.81. Thus, it can be seen that the application of discovery learning learning media can improve student learning outcomes in class XI MAS Koto Low, Siulak District, Kerinci Regency.

Keywords: Learning Media, Discovery, Learning Outcomes



BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Kimia merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan dan ilmu sains. Menurut Effendy (2017), ilmu kimia merupakan ilmu dalam rumpun ilmu pengetahuan alam yang mengkaji tentang sifat, susunan, struktur, perubahan serta energi yang menyertai perubahan tersebut. Sedangkan Keenan dkk (1984) menyatakan bahwa ilmu kimia mengkaji tentang struktur materi yang mengalami perubahan melalui proses-proses alamiah.

Kimia merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit oleh Sebagian siswa sehingga membuat pelajaran ini kurang diminati. Kimia dikenal sebagai mata pelajaran yang memiliki banyak hafalan dan perhitungan yang rumit. Bahkan pada tahun 2005, BBC melaporkan sebuah temuan bahwa sekitar 51% remaja menganggap pelajaran kimia itu membingungkan dan membosankan.

Menurut Arifin yang dikutip oleh Rumansyah dan Irhasyuna (2001), kesulitan siswa dalam mempelajari ilmu kimia dapat bersumber dari: 1) kesulitan dalam memahami istilah, kesulitan ini timbul karena siswa hanya menghapal dan tidak memahami maksud dari istilah tersebut, 2) kesulitan dalam memahami konsep, karena kebanyakan konsep atau materi kimia bersifat abstrak dan kompleks, 3) kesulitan angka, karena kimia tidak terlepas dari perhitungan matematika sehingga siswa dituntut untuk mampu menerapkan rumus matematika.

Melihat kenyataan yang ada, guru perlu menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan menarik agar siswa lebih menyenangi pelajaran kimia sehingga tercapai ketuntasan dalam belajar. Salah satu metode yang dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran kimia adalah metode discovery learning. Metode pembelajaran discovery learning siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah.

Menurut Bruner (2007), discovery learning merupakan  metode pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa untuk memahami struktur suatu disiplin ilmu, keterlibatan siswa secara aktif, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui personal discovery. Menurut Agus N. Cahyo (2013: 100), discovey learning adalah metode ajar yang mengatur proses pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya.

Suherman, dkk (2001: 78) mengemukakan bahwa Discovery Learning adalah proses mental dimana siswa mampu mengamati, mencerna, menjelaskan, serta membuat kesimpulan. Melalui Teknik ini siswa dapat menemukan sendiri atau mengalami proses sendiri, sementara guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental.

Pada pembelajaran discovery, siswa didorong untuk terlibat secara aktif. Peranan guru hanya sebagai perencana pembelajaran, menyediakan materi pelajaran, membimbing, dan menilai hasil belajar siswa. Melalui pembelajaran discovery learning, siswa terlatih untuk menemukan jawaban berdasarkan temuannya. Hal ini berarti bahwa metode discovery memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide dan gagasannya dalam memecahkan masalah.

Metode discovery melalui kegiatan laboratorium, siswa diikutsertakan dalam proses penyelidikan. Melalui keterlibatan tersebut, siswa dapat memperoleh pemahaman konsep yang benar sehingga mereka mampu membuat kesimpulan. Kegiatan penyelidikan memberikan pengalaman kepada siswa secara konkret sehingga mereka bisa mengingat ide-ide abstrak tanpa harus menghapalnya.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian Tindakan kelas dengan judul, Penerapan Metode Discovery Melalui Kegiatan Laboratorium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Kerinci.

B. Rumusan Masalah    

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah Penerapan Metode Discovery Melalui Kegiatan Laboratorium Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Kerinci?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah penerapan metode discovery melalui kegiatan laboratorium dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia kelas XI Madrasah Aliyah Swasta (MAS) kerinci.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:

  1. Membantu siswa meningkatkan pemahaman dan meningkatkan hasil belajar kimia siswa. 
  2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.



BAB II
KAJIAN TEORI


A. Metode Pembelajaran Discovery

Metode discovery disebut juga dengan Discovery Learning. Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam menemukan konsep. Tugas guru hanya mendorong supaya siswa mempunyai pengalaman-pengalaman bagi diri mereka sendiri. Oleh karena itu, siswa dituntut untuk aktif dan tidak bergantung pada jawaban guru.

Menurut Rohani (2004: 24), Discovery Learning adalah suatu pandangan bahwa siswa merupakan subjek dan objek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang dengan optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki. Peranan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing yang demokratis, sehingga diharapkan siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri dalam memecahkan masalah.

Menurut Jerome Bruner dalam Baharudin (2007:129), Discovery Learning yaitu siswa didorong untuk belajar dengan diri mereka sendiri. Shadily mengemukakan bahwa Discovery Learning yakni menemukan dan mendapatkan. Dengan menggunakan metode Discovery Learning, siswa dapat menemukan dan mendapatkan defenisi-defenisi serta kesimpulan-kesimpulan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Discovery Learning yakni pembelajaran yang menuntut siswa untuk terbiasa menemukan konsep. Dalam proses penemuan tersebut, siswa melakukan pengamatan, memahami, menggolongkan, membuat dugaan, dan lain sebagainya tanpa bantuan dari guru. Guru hanya sebagai fasilitator yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif dan dapat berkembang dengan optimal sesuai dengan kemampuan mereka.

Metode pembelajaran Discovery Learning memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut:

  1. Berpusat pada siswa 
  2. Memecahkan masalah 
  3. Menggabung pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah ada.

Adapun keunggulan metode pembelajaran Discovery Learning adalah sebagai berikut:

  1. Siswa menjadi lebih aktif karena mereka berpikir menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk menemukan hasil akhir. 
  2. Siswa dapat memahami dengan baik materi pembelajaran karena mereka mengalami sendiri bagaimana proses menemukannya. 
  3. Siswa menjadi lebih puas sehingga menimbulkan minat untuk belajar. 
  4. Metode Discovery Learning melatih siswa untuk lebih mandiri.

Kelebihan metode pembelajaran Discovery Learning yang dikemukakan oleh Jamil (2016: 241), adalah:

  1. Metode pembelajaran Discovery Learning lebih menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. 
  2. Metode pembelajaran Discovey Learning dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya mereka. 
  3. Metode pembelajaran Discovery Learning merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern. 
  4. Metode pembelajaran Discovery Learning dapat menyesuaikan dengan kondisi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.


B. Hasil Belajar

Pada prinsipnya, belajar dan hasil belajar merupakan dua hal yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Menurut Hamalik (2007: 30), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat diamati dan diukur dari segi pengetahuan, sikap, dan juga keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan sebagai peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya.

Hasil belajar menurut Ahmad Susanto (2013: 5), yakni perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Sedangkan menurut Purwanto (2013: 34-35), hasil belajar merupakan perubahan yang mengakibatkan seseorang berubah baik dari sikap maupun tingkah lakunya.

Thobroni (2013: 24) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang dicapai dari proses pembelajaran sesuai dengan tujuan Pendidikan. Hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar secara keseluruhan, bukan hanya salah satu aspek saja.

Hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom yang dikutip oleh Anas Sudijono (2006: 49) mengacu pada 3 jenis, yakni sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif yakni kegiatan mental otak yang meliputi enam proses berpikir yakni pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian.

2. Ranah afektif

Ranah afektif yakni ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi, memperhatikan, menanggapi, menilai, mengatur, dan karakterisasi.

3. Ranah psikomotor

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan dalam bertindak.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yakni faktor yang berasal dari dalam diri siswa, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan peristiwa yang terjadi pada diri seseorang setelah mengalami proses pembelajaran dan menghasilkan perubahan pada pengetahuan, pemahaman, sikap, maupun keterampilan. Hasil belajar dapat dilihat dari proses penilaian, yakni penilaian formatif, penilaian sumatif, dan juga penilaian diagnostik.

Hasil belajar dapat diketahui dari proses penilaian. Penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi empat, yakni:

  1. Penilaian formatif, yakni penilaian yang dilakukan untuk memperoleh umpan balik, penilaian ini dilakukan pada akhir pelajaran. 
  2. Penilaian sumatif, penilaian ini dilakukan pada akhir program pengajaran atau pada akhir jenjang sekolah. 
  3. Penilaian penempatan, yakni penilaian yang dilakukan untuk memahami kemampuan setiap siswa. 
  4. Penilaian diagnostik, yakni penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh siswa, sehingga guru dapat mengatasi kelemahan tersebut.

C. Pengertian Kimia

Kimia merupakan ilmu yang diperoleh berdasarkan eksperimen. Kimia juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat, maupun energi. Menurut Chang (2005: 3), ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari materi dan perubahannya. Menurut KBBI, kimia adalah ilmu tentang susunan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat.

Ilmu kimia mempunyai kedudukan yang sangat penting diantara ilmu-ilmu lain karena ilmu kimia dapat menjelaskan secara mikro (molekuler) terhadap fenomena makro. Di samping itu, ilmu kimia memberikan konstribusi yang penting dan berarti terhadap perkembangan ilmu-ilmu terapan, seperti pertanian, kesehatan, dan perikanan serta teknologi

Kimia juga disebut sebagai ilmu pusat, karena menghubungkan berbagai ilmu, seperti fisika, biologi, farmasi, dan juga geologi. Menurut Sastrawijaya (1988), ilmu kimia memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) lebih banyak bersifat abstrak, 2) tidak hanya sekedar menyelesaikan soal-soal, 3) materi pelajaran dimulai dari yang mudah.

        Kimia dibagi menjadi beberapa bidang, yakni:

a. Kimia analitik

Kimia analitik yakni studi yang melibatkan bagaimana menganalisis komponen kimia dalam sampel.

b. Biokimia

Biokimia yakni mempelajari senyawa kimia, reaksi kimia, dan interaksi kimia yang terjadi dalam organisme hidup.

c. Kimia anorganik

Kimia anorganik yakni mengkaji tentang sintesis, struktur, dan sifat senyawa anorganik.

d. Kimia Organik

Kimia organik adalah studi tentang struktur, komposisi, reaksi, dan persiapan senyawa organik.

e. Kimia fisik

Kimia fisik yakni cabang ilmu kimia yang menggunakan ilmu fisika sebagai studi dasar. Kimia fisik merupakan dasar dari kimia analitik, ilmu material, dan kimia biofisik.

Kontribusi kimia mencakup bagaimana pengetahuan yang dimiliki dapat mempengaruhi sikap yang dapat diterapkan dalam menjawab permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa tujuan mempelajari ilmu kimia bagi peserta didik adalah: 1) mengkomunikasikan berbagai hasil investigasi secara jelas dan terstruktur, 2) mengembangkan kemampuan dalam beradaptasi dan berinovasi, 3) memiliki kemampuan dalam berpikir kritis, 4) memiliki pikiran yang terbuka.

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampun sebagai berikut:

  1. Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Memupuk sikap ilmiah yang jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain. 
  3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode imiah dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan,pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. 
  4. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat. 
  5. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu fungsi utama dalam pembelajaran kimia adalah memeberikan pengalaman yang merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar. Pembelajaran kimia yang baik adalah pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Pengalaman belajar dapat diberikan melalui aktivitas pembelajaran yang melibatkan sejumlah media pembelajaran.


BAB III
METODE PENELITIAN


A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Suyanto (1997), penelitian Tindakan kelas (PTK) dapat didefenisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan Tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih professional.

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas menurut Zainal Arifin (2012, 100) adalah untuk:

  1. Memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan LPTK. 
  2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas. 
  3. Meningkatkan kemampuan dan layanan profesional guru dan tenaga kependidikan. 
  4. Mengembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK, sehingga tercipta sikap proaktif untuk melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (substainable). 
  5. Meningkatkan dan mengembangkan keterampilan guru dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PTK. 
  6. Meningkatkan kerjasama profesional diantara guru dan tenaga kependidikan di sekolah dan LPTK.

B. Tempat dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MAS Koto Rendah yang beralamatkan di Jalan Raya Siulak Koto Rendah Kabupaten Kerinci. Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah siswa-siswa kelas XI Madrasah Aliyah Swasta Koto Rendah.

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan tes kemampuan akhir.

1. Wawancara

Wawancara diperlukan untuk melengkapi data yang tidak terekam melalui observasi. Menurut Suharsimi Arikunto, wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Melaksanakan teknik wawancara berarti melakukan interaksi komunikasi atau percakapan antara pewawancara (interviewer) dan terwawancara (interviewee) dengan maksud menghimpun informasi dari interviewee. Interviewee pada penelitian kualitatif adalah informan yang dari padanya pengetahuan dan pemahaman diperoleh.

2. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Menurut Bungin, observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indra mata sebagai alat bantu utamanya, di samping indra lainnya seperti telinga, hidung, mulut dan kulit. Karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.

3. Tes

Tes merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur. Tes juga dapat diartikan sebagai sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan seseorang.

D. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan  cara  mengorganisasikan  data  ke  dalam  kategori,  menjabarkan  ke dalam  unit-unit,  melakukan  sintesa,  menyusun  ke dalam  pola,  memilih  mana yang  penting  dan  yang  akan  dipelajari dan  membuat  kesimpulan  sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.  

E. Prosedur Penelitian

Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam dua siklus, hal ini dimaksudkan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklusnya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus pembelajaran adalah sebagai berikut:

  1. Observasi 
  2. Siklus I, terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, evaluasi, dan refleksi. 
  3. Siklus II, terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi.

 

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, tiap-tiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Tiap pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Discovery Learning melalui kegiatan laboratorium.

a. Siklus I

Tahapan-tahapan pada siklus I meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan Tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah membuat scenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan pertama dan kedua. Pada tahap pelaksanaan Tindakan yang dilakukan adalah menjelaskan pembelajaran dengan metode discovery. Siswa dipersiapkan untuk melakukan kegiatan praktikum. Selain itu, siswa diberikan LKS sebagai acuan dalam melakukan kegiatan praktikum.

Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I, pengamatan dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa dalam melakukan tahapan-tahapan kegiatan discovery dengan melakukan check list pada lembaran observasi yang tersedia.

Setelah dilakukan observasi terhadap aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran, maka dilakukan refleksi. Refleksi bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal positif dan masalah-masalah yang muncul pada siklus I dan diperbaiki pada siklus II dengan memberikan perlakuan-perlakuan tertentu.

Pada siklus I penilaian terhadap siswa dikategorikan sedang dan belum memenuhi indikator keberhasilan. Hal ini dapat diketahui dari interaksi siswa dalam proses pembelajaran. Minat siswa mempelajari kimia masih rendah, yakni 59.08%. Pada indikator keaktifan siswa cukup baik, yakni 73,10%. Sedangkan pada indikator kemauan terlihat antusias yakni 77,77%. Hal ini menunjukkan respon siswa terhadap metode pembelajaran Discovery Learning cukup baik.

Sedangkan hasil belajar pada siklus I, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa yakni 68,09. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.

b. Siklus II

Sama halnya dengan siklus I, pada Siklus II juga dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Berdasarkan refleksi pada siklus I, penerapan penggunaan metode discovery cukup efektif. Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada siklus I masih terdapat beberapa siswa yang belum mencapai indikator pencapaian belajar sebesar 70 dan masih ada siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 60.

Pada siklus II, peneliti mencoba melakukan beberapa revisi Tindakan untuk memperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik lagi. Beberapa Tindakan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut:

  1. Mengidentifikasi kebutuhan siswa 
  2. Menyeleksi materi dan tugas 
  3. Menambah dan memperbaiki penyajian materi agar mudah dipahami oleh siswa 
  4. Memaksimalkan kegiatan pembelajaran 
  5. Meningkatkan suasana pembelajaran sehingga siswa tidak malu untuk bertanya 
  6. Memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa pada saat proses pembelajaran 
  7. Mengoptimalkan kerja kelompok dengan cara membagi pekerjaan setiap individu dalam kelompok, agar setiap siswa melakukan proses pembelajaran dengan baik dan mengamati dengan benar.

Pada akhir siklus II, guru memberikan tes untuk dikerjakan oleh siswa. Selama siswa mengerjakan soal, guru mengawasi agar mereka dapat mengerjakan soal dengan jujur dan tidak saling mencontek. Selain itu, siswa juga diberikan angket kuesioner yang berisi tentang tanggapan siswa terhadap metode discovery dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pada siklus II mengalami peningkatan, yakni 74,81. Oleh karena itu, penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Pada penelitian ini, penulis juga melakukan wawancara kepada siswa untuk mengetahui tanggapan mereka mengenai metode pembelajaran Discovery Learning melalui kegiatan laboratorium. Dari hasil wawancara yang dilakukan, dapat diketahui bahwa siswa memberikan respon yang positif terhadap metode yang digunakan. Metode Discovery Learning membuat siswa tidak bosan dan merasa senang.

B. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa pada siklus I aktifitas siswa belum memenuhi indikator keberhasilan. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan. Beberapa aktifitas siswa yang perlu ditingkatkan adalah pada aspek melakukan penemuan, mengidentifikasi masalah, interaksi antar siswa, serta melakukan penyelidikan terhadap permasalahan yang diajukan oleh guru.

Sedangkan pada siklus ke II, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning melalui kegiatan laboratorium mengalami peningkatan dan sudah memenuhi indikator keberhasilan. Temuan ini didukung oleh observasi yang penulis lakukan selama kegiatan pembelajaran. Dimana pada siklus ke II, siswa lebih serius dan tenang dalam proses pembelajaran, interaksi antara siswa dengan siswa dalam kelompok juga meningkat. Hal ini terlihat dari hasil observasi pada aspek-aspek peningkatan dari siklus I dengan penilaian sedang menjadi baik pada siklus II.

Peneliti juga melakukan tes hasil belajar yang dilakukan pada akhir siklus. Tes yang diberikan tersebut tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana kemampuan kognitif siswa pada materi yang diberikan. Berdasarkan hasil tes, diketahui bahwa kemampuan siswa pada bidang kognitif mengalami peningkatan dari siklus I, yakni dengan nilai rata-rata 74,81.

Hasil kuisioner dan wawancara yang dilakukan mendapat tanggapan yang positif pada siklus I ke siklus II. Siswa merasa antusias dan termotivasi dengan metode pembelajaran yang digunakan karena pembelajaran kimia dengan menggunakan metode discovery, siswa menjadi lebih aktif. Hal ini juga didukung dengan kegiatan praktikum yang membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang diajarkan menjadi lebih tinggi.

Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode discovery learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, bahwa metode Discovery Learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, dapat membangkitkan gairah dan semangat belajar, dan juga memungkinkan siswa mendapatkan hasil belajar yang memuaskan.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan dalam penelitian Tindakan kelas (PTK) mengenai penerapan metode Discovery Learning melalui kegiatan laboratorium pada mata pelajaran kimia kelas XI Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Kerinci dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini berdasarkan data observasi dan wawancara bahwa pembelajaran kimia dengan menggunakan metode discovery learning pada siklus II lebih baik dibandingkan dengan siklus I.

Peningkatan hasil belajar kimia siswa juga dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia meningkat pada setiap siklusnya. Dimana nilai rata-rata yang diperoleh oleh siswa MAS Kerinci pada siklus I sebesar 68,09, lalu pada siklus ke II meningkat menjadi 74,81. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kimia siswa mengalami peningkatan dengan menggunakan metode discovery karena telah mencapai kriteria indikator keberhasilan yang ditetapkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa saran yang penulis ajukan, yakni sebagai berikut:

  1. Guru semestinya harus kreatif dalam mengajar, baik dalam pemilihan  metode, maupun dalam menggunakan media pembelajaran. 
  2. Guru diharapkan mampu menggunakan media pembelajaran yang menarik agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 
  3. Guru hendaknya menggunakan metode dan media ajar yang bervariasi untuk mencegah munculnya kebosanan pada siswa dan suasana belajar akan lebih menyenangkan. 
  4. Guru hendaknya benar-benar memperhatikan aktivitas belajar yang dilakukan oleh siswa dengan optimal. 
  5. Kepala sekolah hendaknya memperhatikan fasilitas dan lingkungan belajar siswa agar kualitas pembelajaran semakin meningkat.


DAFTAR PUSTAKA

Adang Suherman, dkk. 2001. Pembelajaran Atletik Pendekatan Permainan dan Kompetisi. Jakarta: Direktorat Jendral Olahraga.

Ariyani, R. (2017). Kepemimpinan kepala sekolah dalam pengembangan profesionalisme guru. Al-Afkar: Jurnal Keislaman & Peradaban, 5(1)

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, 2007. Teori Belajar Dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Bruner, Jerome, S. 2007. Discovery Learning at Learning Theories. 

Cahyo, Agus N. 2013. Panduan Aplikasi Teori-teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Jogjakarta: Diva Press.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep- konsep Inti. Edisi Ketiga (Jilid 2). Jakarta: Erlangga.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Rohani, Ahmad. 2004. Media Intruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

Purwanto. 2013. Evaluasi hasil belajar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

M. Thobroni & Arif, M. 2013. Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Post a Comment for "Penerapan Metode Discovery Learning Melalui Kegiatan Laboratorium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa"