Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berpikir Kesisteman (Pengertian dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi)

Rikaariyani.com- Berpikir Kesisteman (Pengertian dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi)- Salah satu kelebihan yang diberikan oleh Allah kepada manusia adalah kemampuan berpikir. Dengan akal pikirannya, manusia diharapkan mampu memandang secara lebih komprehensif terhadap persoalan-persoalan yang ditemukan. Pola pikiran seperti itulah nantinya akan dapat mengubah dan mengarahkan berpikir system seseorang secara lebih efektif. 

 


 


Pengertian Berpikir Kesisteman

Menurut Hidayatno (2016), berpikir yaitu suatu aktivitas mental untuk memperoleh pengetahuan. Berpikir merupakan proses kognitif yang tidak dapat dilihat secara fisik. Hasil dari berpikir bersifat abstrak yakni berupa ide, pengetahuan, prosedur, argumen, dan keputusan. Sedangkan sistem yaitu sekumpulan elemen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. 

Dari pengertian berpikir dan sistem tersebut dapat diketahui bahwa berpikir kesisteman yaitu kemampuan berpikir yang menekankan pada segala sesuatu yang saling berhubungan. Menurut Ackoff (1994), pada prinsipnya berpikir sistemik mengkombinasikan dua kemampuan berpikir, yaitu kemampuan berpikir analis dan berfikir sintesis.

Menurut hurliman (2009), Systemic thinking lebih menekankan pada kesadaran mengenai segala sesuatu yang berkaitan dalam satu rangkaian sistem. Pola dalam berpikir seperti berseberangan dengan berpikir fragmented-linear-cartesian.

Menurut Hidayatno (2016), berpikir sistem adalah salah satu pendekatan yang diperlukan agar manusia dapat memandang persoalan-persoalan dunia ini dengan lebih menyeluruh dan lebih terarah kepada sumber-sumber persoalan yang akan mengubah sistem secara efektif.

Rohmadi menyatakan bahwa proses dari berpikir system akan melahirkan sebuah hasil pikir yang nantinya berefek kepada suatu tindakan atau perilaku (Rohmadi, 2018).

Sedangkan menurut Adetary, berpikir system berdampak kepada serangkaian pemikiran yang membentuk kebiasaan berpikir seseorang (Mindset) atau cara pandang seseorang sebagai implikasi dari pemahaman terhadap suatu objek pikiran dalam merespon suatu permasalahan (Adetary, 2016).

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Kesisteman

1. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam diri individu, yang meliputi: perasaan atau emosi, pendidikan, sistem kepercayaan, dan nafsu.

  • Perasaan atau Emosi, seseorang yang memiliki emosi tidak stabil akan mengakibatkan terganggunya syaraf sensorik yang mengarahkan seseorang berpikir dan berprilaku normal. Emosi sangat dipengaruhi oleh stimulus atau rangsangan dari dalam diri maupun dari luar diri. Jadi, perasaan atau emosi dapat mempengaruhi berpikir system. 
  • Pendidikan, seseorang yang paham pentingnya pendidikan, tentu tidak akan membuang waktunya dengan sia-sia, atau tidak akan membiarkan waktunya berlalu tanpa membaca buku.
  • Sistem Kepercayaan, faktor yang juga dianggap paling dominan dalam mempengaruhi pola pikir seseorang adalah sistem kepercayaan atau keyakinan seseorang. Sistem kepercayaan mampu mengarahkan dan merubah cara berpikir seseorang. 
  • Nafsu, pada dasarnya nafsu memiliki peran yang cukup penting. Nafsu diperlukan manusia untuk mendorong dan menggerakkan perilaku seseorang. Nafsu jika tidak dikendalikan dapat berakibat kepada terganggunya kerja pikiran yang sehat. Sehingga sering kita jumpai adanya orang-orang yang berbuat diluar dari logika akal sehat, melakukan segala cara, jika perlu dengan pemaksaan untuk meraih sesuatu.

2. Faktor Eksternal 

Adapun faktor eksternal adalah sebagai berikut:

a. Orang Tua

Segala aktifitas yang dilakukan oleh orang tua, tanpa disadari menjadi kontruks sebuah pemikiran anak (Purnomo, 2013). Dari orang tua lah kita belajar tentang kata-kata, ekspresi wajah, perilaku, norma, keyakinan dan lain sebagainya. Semua hal ini kita terima dari orang tua, jadi orang tua termasuk orang yang paling penting dalam membentuk proses berpikir.

b. Keluarga

Keluarga merupakan masyarakat alamiah yang pergaulan diantara anggotanya bersifat khas. Keluarga yang mengembangkan kebiasaan makan bersama, membaca buku, mematikan lampu setelah selesai digunakan, dan kebiasaan positif lainnya, akan menghasilkan anggota keluarga yang memiliki pola pikir yang terwarnai oleh nilai-nilai yang dibangun bersama oleh keluarga.

c. Masyarakat

Masyarakat adalah orang-orang yang berinteraksi dengan kita. Baik di lingkungan tempat kita berdomisili, maupun di lingkungan kerja, pasar, tempat ibadah dan lain-lain (Sukitman, 2012). Orang yang banyak berteman dengan pengusaha, cenderung memperlihatkan pola pikir seperti pengusaha. Orang yang berteman dengan politikus, cenderung akan mengikuti gaya berpikir politikus. Orang yang berteman dengan tukang rumpi, dia akan tertular dengan kegatalannya para perumpi. Orang yang bergaul dengan orang yang berpendidikan, maka setidaknya lebih mempercepat tumbuhnya pengalaman dan pengetahuannya. Konsekuensinya, bila seseorang ingin memiliki pola pikir yang baik, ia akan berhati-hati dalam memilih teman.

d. Teman

Teman merupakan orang-orang yang juga sering melakukan interaksi dalam rangka melakukan aktifitas social (Kurniawan & Sudrajat, 2018). Untuk menjadikan pikiran menjadi baik, haruslah memilih teman yang baik pula.

e. Media Massa

Apa yang dilihat dan ditonton akan masuk kedalam alam pikiran dan dapat menjadi pola tatanan nilai (Chusna, 2017). Dari uraian tersebut maka dapat di pahami bahwa, Jika yang ditonton merupakan hal-hal yang positif, maka ia akan menjelma menjadi sebuah nilai positif, begitu juga sebaliknya.
 

Post a Comment for "Berpikir Kesisteman (Pengertian dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi)"