Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sekolah Sebagai Organisasi Sosial

Rikaariyani.com- Sekolah sebagai Organisasi Sosial- Sekolah sebagai organisasi sosial memandang organisasi dalam konteks sistem sosial yang memiliki tujuan tertentu dan merupakan tujuan bersama. Organisasi sosial adalah organisasi yang dicirikan oleh saling ketergantungan antara satu bagian dengan bagian lainnya, kejelasan anggota, perbedaan dengan lingkungannya, hubungan sosial yang kompleks, dan budaya organisasi yang khas. 

Sekolah sebagai organisasi sosial merupakan pandangan sekolah sebagai organisasi formal. Pandangan ini akan berimplikasi pada bagaimana memperlakukan/mengelola sekolah. Manajemen organisasi akan diorientasikan pada bagaimana mengkondisikan orang-orang dalam organisasi untuk dapat dinamis, saling tergantung satu sama lain, memiliki hubungan yang dinamis baik internal maupun eksternal, dan beradaptasi dan membentuk budaya organisasi sekolahnya. Untuk itu perlu dipahami komponen pokok dari suatu sistem sosial.

 


 

Element Kunci Sekolah sebagai Organisasi Sosial

Setiap organisasi akan memiliki aktivitas untuk mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan organisasi akan meminta sejumlah aktivitas individu atau kolektif dari anggota organisasi yang harus dikoordinasikan supaya terarah pada pencapaian tujuan. Disinilah interaksi sosial berlangsung. Interaksi sosial ini tidak saja dipengaruhi oleh struktur organisasi dan individu-individu yang mengisi struktur, tetapi juga dipengaruhi oleh budaya, politik, teknik produksi, dan lingkungan organisasi (khususnya lingkungan strategis).

Struktur dalam konteks sekolah meliputi peran dan harapan birokrasi, posisi dan hirarki, aturan dan regulasi, dan spesialisasi. Harapan birokrasi akan mengkondisikan perilaku anggota organisasi. Misal guru berkewajiban untuk mendorong keaktifan dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.

Individu dalam interaksi organisasi yang diatur oleh struktur organisasi (harapan birokrasi) memiliki kebutuhan keyakinan, dan pemahaman tersendiri terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Dua hal utama dalam individu adalah kognisi dan motivasi. Kognisi terdiri dari : kebutuhan-kebutuhan individu, tujuan-tujuan individu, keyakinan-keyakinan individu, dan pemahaman-pemahaman individu terhadap pekerjaannya. Motivasi merupakan alasan-alasan mengapa seseorang memilih menjadi guru. Banyak alasan yang mendasari seseorang bekerja menjadi seorang guru, apakah karena motif mencari uang, mengabdi pada sesama manusia, menghilangkan kejenuhan karena nganggur, dan sebagainya.
Culture (budaya) merepresentasi sesuatu yang tidak tertulis dalam organisasi, meliputi nilai-nilai dan norma-norma bersama, kebiasaan-kebiasaan kerja, keyakinan-keyakinan, cara berpikir, dan artifact (suatu yang bersifat fisik). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya organisasi memiliki dampak yang besar terhadap perilaku individu di dalam organisasi misal W. Z. Ouchi, 1981; T. E. Deal dan A. A. Kennedy, 1982; T. J. Peters dan R. H. Waterman, 1982. (Kreitner dan Kinicki, 2005 : 90).

Politics merupakan kekuatan hubungan informal yang memunculkan penyeimbang bagi kekuatan organisasi formal. Politik merupakan suatu hal yang bersifat informal, tidak terlihat, dan tidak memiliki legitimasi formal. Bagaimanapun suatu organisasi, termasuk di sekolah, politik akan muncul pada kelompok-kelompok tertentu sebagai bagian dari ekspresi individu terhadap aturan-aturan dan regulasi formal.

Sekolah sebagai Organisasi Pembelajar (Learning Organization)

Sekolah dipandang sebagai organisme yang hidup dan berkembang sebagaimana manusia, hewan, dan tumbuhan. Analisis tersebut menunjukkan mengapa organisasi dikategorikan sebagai sistem sosial. Yakni suatu sistem interaktif yang hidup dan mengalami masa anak-anak, dewasa, dan tua kemudian mati. Namun ada juga organisasi yang tidak sampai menginjak usia dewasa, pada masa anak-anak sudah mati. Lalu apa sebenarnya yang menyebabkan suatu organisasi tetap hidup atau menjadi mati?

Mati dalam istilah sistem disebut sebagai entrophy, yaitu suatu kondisi yang diidentikkan dengan daun yang jatuh dari pohon (usang). Banyak organisasi yang memproduksi barang atau jasa mati hanya dalam ukuran waktu yang relative singkat, tetapi banyak organisasi yang sudah malang melintang, berpuluh-puluh tahun tetap saja eksis sampai saat ini. Contoh organisasi di bidang pendidikan yang masih bertahan sampai saat ini adalah Pondok Pesantren Gontor. Dari dulu sampai saat ini terus berkembang, namun tidak jarang sekolah yang gulur tikar, karena kehilangan peserta didik dan ditinggalkan oleh para gurunya.

Kemampuan suatu organisasi bertahan hidup ditentukan oleh sumber daya manusia organisasi atau dikenal dengan man (manusia). Organisasi dibuat, digerakkan, diorientasikan untuk mencapai tujuan manusia. Manusia adalah unsur yang paling pokok dalam suatu organisasi. Manusia-manusia unggullah yang membawa organisasi pada suatu kondisi bertahan dan berkembang.

Keunggulan SDM organisasi tidak hanya terletak pada kepemilikan suatu keterampilan untuk melakukan suatu pekerjaan tetapi juga pada kemampuan untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam merespon tuntutan stakeholdernya

*Ditulis oleh Muhammad Syahdoe MZ, S.IP (Mahasiswa PPs UIN STS Jambi)

Post a Comment for "Sekolah Sebagai Organisasi Sosial"